Pages

Ads by Google

Feb 27, 2010

Labeling

Oke, ini masalah klasik dikalangan masyarakat. Saat kita kagum, suka, benci, tidak suka, melihat orang lain melakukan hal diluar kebiasaan, sering sekali memberi label. Pemberian label bis berdampak baik kalau labelnya bagus, dan juga bisa berdampak buruk kalau diberi label yang jelek / buruk.

Pemberian label lebih sering ke arah negatif ketimbang positif. Ambil contoh sewaktu saya masih kecil, anak - anak sekelas saling mengejek dan menjelek - jelekan nama orang tua. Contoh lain, saat masih duduk di bangku SD kelas 1, saya di cap "cingur' oleh anak - anak kelas, tanpa ada yang bertanya apa alasannya & memberikan bantuan. Mungkin terlihat kekanak - kanakan, tapi hal itu akan sulit dihilangkan dari perasaan orang yang menjadi "korban".



ambil contoh lain, saat bersekolah berapa anak yang di cap "tidak rajin" , "bodoh", "nakal", "pintar", "santun", dan lain sebagainya. Yang kalau label itu "baik", mka akan meningkatan semangat anak, Tapi jika anak itu di label "buruk" mental anak tersebut akan jatuh dan hal yang paling buruk mereka bisa saja melakukan bunuh diri, mengucilkan diri dari lingkungan.

Dalam banyak hal anak maupun orang yang menjadi "korban" dari pe-labelan sering kali merasa dirinyalah yang bersalah, dan mulai meratapi label tersebut seumur hidup.

Saya ambil sedikit materi dari buku "Smart Emotion Volume 2" oelh Anthony Dio Martin
Pak "Smart Emotion Volume 2" oelh Anthony Dio Martin, Labeling termasuk dalam jebakan emosi kemarahan, yang dimana kita sering sekali memberi cap pada sesuatu. Dan kita perlu kritis terhadap jebakan ini. HINDARI MEMBERI LABEL. LIHATLAH pada KENYATAAN apa yang KURANG DISUKAI atau DISETUJUI, dan JANGAN CEPAT MEMBERI LABEL.

INGAT, kalau seseorang mengotori tempat duduknya, jangan cepat melabeli dia "jorok". Lebih baik Anda katakan padanya secara langsung, apa yang Anda ingin ia lakukan. Lagi pula, pemberian label bisa membuat kita BUTA dan TIDAK MELIHAT REALITAS yang sesungguhnya.

Beberapa contoh kasus dalam buku "Smart Emotion Volume 2" oelh Anthony Dio Martin, dalam hal "label"
  1. Seorang konsultan yang baru bekerja di suatu perusahaan asing. Oleh teman - teman sekerjanya, ia dipanas - panasi bahwa atasannya yang seorang ekspat itu orangnya "emngambil keuntungan dari orang lain, licik,, dan suka memanfaatkan oarang lain untuk kepentingan dirinya sendiri". Suatu ketika, sewaktu terjadi perbedaan pendapat antara konsultan ini dengan atasannya mengenai penagihan pada klien, dengan label tentang atasannya tersebut, konsultan itu bersitegang dengan pendapat atasnnya yang menurutnya hanya mencari keuntungan bagi diri sendiri". Label terhadap atasannya itu membangkitkan rasa jengkel dan akhirnya membuat konsultan itu tidak lagi melihat alasan logis atasannya. Setelah beberapa hari berlalu, akhirnya konsultan itu sadar bahwa dirinyalah yang keliru, akrena ada maslah prosedur yang dilanggar oleh klien. jadi, bukan kesalahan bosnya.
  2. seorang manajer yang ketika mengeluh tentang kebiasaan istrinya terus ditertawakan oleh teman - teman nya, "jangan mau diatur oleh istri yang sok ngatur!". Ketika sampai dirumah, istrinya sempat dengan baik - baik memintanya untuk memindahkan beberapa peralatan pribadinya, karena dianggap mengganagu. tapi karena sudah ada label pad aistrinya, sang manajer langsung marah dan berkata, "jadi istri ko sok ngatur banget sih ?!"
Dan sedikit contoh kasus tambahan dari saya.
Saat berkuliah says sering mendengar banyak label yang diberikan oleh mahasisiwa kepada dosen dan teman nya. Paling sering terdengar saat ada "ujian", saat ujian baik itu ujian tengah semester, akhir semester, nilai ujian yang keluar, bimbingan skripsi, sampai sidang skripsi. kalu mau dijabarakan label apa saja, anda mungkin bsia kaget dengan umlah yang disebutkan. kadang satu dosen bisa diberi 5-10 label oelh mahasiswa yang di bimbingnya. Yang kadang pemberian label itu tidak logis, dan si pemberi label sering tidak melihat apa yang  menyebabkan dia mendapat hal yang tidak memuaskan.

Saat nilai ujian jelek, anda bisa bertanya pada mereka dan mereka akan menjadwab : "ujiannya susah", "dosen pelit nilai", "gak pernah diajarin", dan lain sebagainya. yang pada intinya, karena ketidak mampuan mereka, dan tidak menerima kenyataan, mereka melmepar tanggung jawab yang seharusnya mereka pikul kepada orang yang mereka labeli. dengan harapan bisa menghilangkan perasaan takut yang harus mereka hadapi.

No comments:

Post a Comment